PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat pesisir
memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang keras, dan sumber
kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut
(selanjutnya disingkat SDP). Masyarakat
pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan
keterbelakangan. Terdapat
persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga
masyarakat pesisir masih tertinggal (Hanson 1984). Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir dan akses yang terbatas akan aset dan sumber-sumber pembiayaan bagi nelayan
kecil merupakan persoalan utama yang dijumpai di kawasan
pesisir. Nelayanpun sangat rentan
terhadap tekanan pemilik modal.
Kegiatan pembangunan di
kawasan pesisir tidak terlepas dari daya dukung lingkungan, keberlangsungan
sumber daya
alam dan dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak terkait dengan menekankan
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ketersediaan sumber daya alam di daratan seperti hutan, bahan
tambang, dan mineral serta lahan pertanian produktif semakin menipis sedangkan
kebutuhan penduduk terus bertambah sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia
yang terus meningkat dan diprediksikan akan mencapai 267 juta jiwa pada tahun
2015. Kebutuhan penduduk
tersebut tidak akan mampu dipenuhi seluruhnya oleh sumber daya alam di daratan
(Dahuri 2000) mengingat luas daratan Indonesia hanya sepertiga dari luas
Indonesia keseluruhan, yaitu 1.926.337 km2. Sektor perikanan dan kelautan sangat
potensial untuk dikembangkan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang memiliki 17.506 buah pulau, dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Selain itu, Indonesia juga memiliki hak
pengelolaan sumber daya
alam hayati dan nonhayati di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI),
yaitu perairan yang berada 12 hingga 200 mil dari garis pantai titik-titik
terluar kepulauan Indonesia, yang luasnya 2.7 juta km2 berdasarkan United
Convention on the Law of the Seas.
Kegiatan sektor
perikanan dan kelautan, memiliki dua bidang usaha
(Amanah dan Yulianto 2002)
yaitu perikanan darat dan perikanan tangkap.
Hasil penelitian tentang pendekatan penyuluhan pada masyarakat pesisir
(Amanah et al.. 2004)
memperlihatkan bahwa setiap komunitas memiliki keunikan dan
berbeda dalam hal nilai, orientasi, dan kebutuhan pengembangan diri, kelompok,
komunitas, serta daya dukung lingkungan fisik.
Dalam hal ini komunikasi
pembangunan dapat menjadi wahana transformasi situasi
masyarakat dari sekarang
ke kondisi yang lebih baik.
Kabupaten
Buleleng memiliki panjang pantai sekitar 144
km dan ada
enam dari sembilan kecamatannya yang berbatasan langsung dengan pantai utara.
Kecamatan Buleleng dan Grokgak sangat berprospek untuk berkembang menjadi
kawasan perikanan dan wisata bahari.
Sampai saat ini masyarakat pesisir di kedua kecamatan tersebut
bergantung pada pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut, baik untuk usaha
perikanan, maupun untuk usaha jasa wisata.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bahwa proses-proses
komunikasi pembangunan belum berlangsung simultan, dan nelayan masih dihadapkan
pada persoalan klasik seperti hasil tangkapan yang bervariasi, keterbatasan
akses pada sumber-sumber permodalan, pasar, dan program penyuluhan yang belum
berjalan sesuai harapan. Telaahan tentang
permasalahan yang dihadapi nelayan, penyebab masalah,
alternatif penyelesaian masalah, diperlukan untuk mendesain rancangan
strategi komunikasi pembangunan yang relevan. Tanpa strategi komunikasi
pembangunan yang jitu, masyarakat pesisir akan makin tertinggal. Terdapat beberapa
program andalan pemerintah dalam konteks komunikasi pembangunan, namun belum
memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
pesisir. Oleh karenanya, penyajian pada
makalah ini berfokus pada kondisi masyarakat pesisir dan
peran komunikasi pembangunan dalam pemberdayaan komunitas, kasus Kabupaten
Buleleng.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah (1) mendeskripsikan kondisi dan permasalahan yang
dihadapi masyarakat pesisir,
khususnya komunitas nelayan; dan (2) menganalisis peran dan
strategi alternatif komunikasi pembangunan
dalam pemberdayaan masyarakat pesisir.
Kegunaan
Bagi pengambil kebijakan di
bidang pengembangan masyarakat pesisir, diharapkan makalah ini dapat
berkontribusi sebagai referensi dalam mengembangkan masyarakat pesisir melalui
pendekatan dan strategi komunikasi yang efektif.
PERUMUSAN MASALAH
Masalah merupakan faktor
yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Dalam konteks masyarakat
pesisir di lokasi kajian, ada kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi
ideal yang diharapkan (Gambar
1). Secara
konseptual, komunikasi pembangunan berperan menjembatani kondisi saat ini
menuju kondisi yang diharapkan terrwujud di tingkat komunitas pesisir.
No comments:
Post a Comment