PENDAHULUAN
Berbagai
negara di dunia, sejak belakangan ini mengalami permasalahan karena cadangan air
yang tersedia tidak mencukupi. Negara
Iran pun diramalkan akan mengalami kelangkaan air pada tahun 2025, hal ini
berdasarkan pada persediaan air yang kurang dari 1000 m3 untuk air
daur ulang bagi tiap orang per tahun. Selain itu, air tawar pun mulai mengalami
kelangkaan secara alami serta kualitasnya makin hari makin memburuk. Masalah
ini disebabkan oleh sumber air yang sudah tercemar oleh limbah industri,
pertanian, dan perumahan. Limbah pertanian dan perumahan mengandung nutrien
yang tinggi, yang merupakan bahan polutan dan dapat mencemari air permukaan
tanah serta sistem air bawah tanah.
Pengolahan
air limbah dengan menggunakan Constructed Wetland (CW) merupakan salah satu
sistem pengolahan limbah yang digunakan di banyak negara. Sistem ini cukup
potensial untuk digunakan sebagai solusi dalam menekan tingkat limbah yang
meluas serta untuk mendapatkan akses air minum yang lebih aman. CW merupakan
sistem pengolahan limbah yang sudah didesain dengan proses yang alami dan
menggunakan substrat wetland, tanaman, serta memanfaatkan mikroba untuk
membantu proses pengolahan air limbah. Sistem ini hampir serupa dengan proses
yang terjadi di wetland secara alami, sehingga memberikan banyak manfaat dan
lingkungan pun menjadi lebih terkontrol. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan
nutrient penting yang akan dihilangkan dalam sistem CW ini.
Mekanisme pemurnian air
limbah dari N adalah dengan menggunakan tanaman dan mikroorganisme,
amonifikasi, penguapan amoniak, serta pertukaran kation dari ammonium.
Sedangkan mekanisme pemurnian air limbah dari P adalah dengan menggunakan
proses adsorpsi kimia dan proses pemisahan zat padat dari zat cair pada
substrat, serta menggunakan proses transformasi biologi, dan tanaman yang
digunakan adalah dalam presentase yang lebih rendah. Gambar 1 di bawah ini
menunjukkan sistem Constructed Wetland dalam 3 dimensi.
Gambar 1. Sel wetland tampak 3 dimensi
Limbah Industri di
negara-negara berkembang menunjukkan jumlah dan jenis polutannya semakin
meningkat, terutama ion logam berat dan menyebabkan emisi polutan tersebut ke
biosfer. Kontaminasi jenis ion logam berat di dalam air merupakan masalah
lingkungan yang serius, karena akan membahayakan ekosistem air serta kesehatan
manusia. Ion logam berat tidak dapat mengalami degradasi melalui proses
biologi. Beberapa ion logam berat yang terkandung dalam air limbah antara lain
Ni, Mn, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Fe, Hg, dan unsur berbahaya lainnya seperti As, B,
Na. Beberapa diantaranya dapat dihilangkan dengan sistem CW. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk menentukan efisiensi dari sistem Horizontal
Subsurface Flow Cunstructed Wetland (HSSF) dalam pengolahan air limbah dengan
iklim Negara Iran, serta untuk menentukan pengaruh dari kerikil dan zeolit sebagai
media dalam CW.
PEMBAHASAN
I.
Kajian Teori
A. Air Limbah
Limbah adalah buangan
yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari Senyawa organik
dan Senyawa anorganik, dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu. Kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
Karakteristik
limbah adalah :
1.
Berukuran mikro
2.
Dinamis
3.
Berdampak luas (penyebarannya)
4.
Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan
limbah
Air limbah terbentuk
karena adanya pencemaran air. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di
suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan
air tanah
akibat aktivitas manusia. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandungan
nutrient dapat mengarah pada eutrofikasi. Senyawa organik yang banyak terdapat
pada air selokan (sewage) dapat merusak ekosistem, karena mempunyai
nilai BOD yang tinggi dan nilai DO yang kecil, karena bakteri memerlukan
oksigen untuk menguraikan zat organik, sehingga kandungan oksigen terlarut
dalam air semakin kecil. Keadaan ini
berdampak buruk pada ekosistem.
Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti ion logam berat, toksin organik, minyak,
nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang
dikeluarkan oleh pembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik
secara visual maupun pengujian pada parameter berikut:
1.
Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen)
Air normal yang memenuhi
syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5.
Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral,
akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme
didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta
debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif
terhadap logam.
2.
Perubahan warna, bau dan rasa
Air normal dan air
bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air
warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air
telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa
air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal dari limbah industri atau dari
hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik
menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3.
Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut
Endapan, koloid
dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat.
Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap
didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid, dan akan
menghalangi degradasi melalui reaksi biokimia. Banyaknya bahan-bahan organik
dalam air diukur menjadi uji COD. Nilai BOD dan COD merupakan indikator adanya
suatu polutan yang terkandung dalam air limbah.
No comments:
Post a Comment