LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM I
STRUKTUR EKOSISTEM HUTAN
(WAY KANAN)
Disusun oleh :
Nama :
Ana Puspa Dewi
NPM :
09321091
Program Studi :
Pendidikan Biologi
LABORATURIUM MIPA
FAKULTAS KUGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
METRO
2009/2010
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Semua organisme
yang hidup dialam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi
baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah system ditopang
oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik
selara langsung maupun tidak langsung. Kehadupan semua jenis makhluk hidup
sering mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut
ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara
makhluk hidup (biotic) dengan alam (abiotik).
Ekosistem merupakan
suatu kesatuan fungsional yang didalamnya mengalir energi dan makanan
(nutrient) antara lingkungan fisik (lingkungan abiotik) dan lingkungan biotic.
Lingkungan biotic dan lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak
satu terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan
yang kompleks. Hal tersebut dapat menciptakan keseimbangan alam dalam kehidupan
adanya suatu faktor dapat menyebabkan tergantungnya keseimbangan ekosistem itu
akan mengalami perubahan juga.
Cabang biologi yang
mempelajari ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu
oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti liana. Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi kita akan tahu bahwa makhluk hidup sebagai
kesatuan atau system dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti diatas
pertama (zologiawan jerman, 1834 – 914).
Pembahasan ekologi
tidak lepas dari pembahasna ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu
faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain suhu, kelembapan udara,
kecepatan angina, intesitas ahaya, PH tanah dan tinggi sereseh (sampah daun).
Faktor biotic adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia hewan , tumbuhan
dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkat-tingkatan organisasi
makhluk hidup yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling mempengaruhi
dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan kompleks.
2.
Topik/ judul : Struktur ekosistem
hutan
3.
tanggal pelaksanaan :
4.
tujuan : 1.
Mengidentifikasi komponen-komponen ekosistem hutan taman nasional way
kambas
2.
Mengukur karakteristik struktur
ekosistem hutan taman nasional way
kambas
BAB II
KAJIAN PUTAKA
Dalam tingkat
organisasi kehidupan, ekosistem merupakan area alam yang berlangsung interaksi
antara makhluk hidup dan tak hidup, sehingga terjadi pertukaran material antara
biotik dan abiotik. Didalam suatu komunitas pada dasarnya tersusun atas
komunitas-komunitas. Peristiwa aliran energi yang berlangsung didalam ekosistem
lebih kompleks dibandingkan dengan komunitas. Hubungan yang kompleks antara spesies
dalam ekosistem disebut dengan istilah jarring-jaring makanan. Selain itu,
didalam suatu ekosistem juga berlangsung perputaran materi yang bersifat
siklis. Ekosistem hutan merupakan bagian ekosistem terrestrial. Didalam suatu
ekosistem hubungan antara organisme dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Aliran energi (arus energi) dapat berlangsung dengan berbagai jalan.
Pengamatan suatu ekosiste, tidak mudah dilakukan, diperlukan waktu yang lama.
Bahkan dikatakan mungkin tidak ada suatu ekosistem pun yang dapat dipahami
seluruhnya. Untuk itu diperlukan penelitian terus-menerus.
(H. Agus Sujarwanto, M.Pd. Petunjuk praktikum biologi umum I)
Ekosistem terbentuk
karena adanya komunitas, suatu system yang hidup dan tumbuh sekaligus sebagai
siste, dinamis.
Soerianegara dan
indrawan (1982) mengemukakan bahwa komunitas hutan merupakan suatu system yang
hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invansi oleh tumbuhan, adaptasi, dan stabilisi. Perubahan dalam
komunitas selalu terjadi bahkan dalam komunitas hutan yang stabilpun selalu
terjadi perubahan, misalnya pohon-pohon yang sudah tua mengalami tumbang dan
mati. Terjadilah perbukaan atau tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat
masuk ke lapisan tajuk bagian bawah maka anak pohon dapat tumbuh dengan baik
sehingga menyusun lapisan tajuk atasnya kembali.
(Ir. Inriyanto. 982. ekologi hutan. 121).
Menurut Hanafiah, dkk (2005: 13) asosiasi cacing sebagai mikrofauna.
Cacing merupakan
habitat atau inang bagi mikrobia tertentu sehingga juga berfungsi sebagai
penyebar mikrobia ini pada saat cacing bernigrasi. Bukti cacing sebagai
penyebar ditemukan pada saat isolasi 0 spesies bakteri dari usus L. terrestis,
ternyata tidak satupun yang berasal dari habitatnya. Peran cacing tanah sebagai
penyebar fungsi atau bakteri juga dapat terjadi melalui mekanisme memakanya
pada suatu tempat dan kemudian mengekspersikanya di tempat lain. Dalam asosiasi
dengan mikroba, cacing tanah dapat berfungsi dalam menstimulasi perkembangana
telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa cacing tanah merupakan mikrofauna
tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosisitem
yang sehat, baik bagi biota tanah maupun bagi hewan dan manusia secara umum
peran cacing tanah telah terbukti baik sebagai broamelioron (jasat penyubur dan
penyehat) tanah terutama dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, seperti
ketersedian hara, dekomposisi bahan organic, pelapukan mineral, struktur dan
lain-lain sehingga mampu meningkatkan produktifitas tanah. Menurut euwise
(1990: 249) hutan hujan tropika merupakan jenis hutan yang paling subur yang
mempunyai suhu tinggi sekitar (25-26) dan serangan kengan kelembapan rata-rata
sekitar 30m. pepohonan itu tergabung dengan tumbuhan terna, perambat, episit,
pencekik, saprosit dan parasit. Salah satu corak yang menonjol adalah sebagian
besar tumbuhannya mengandung kayu. Hanya beberap jenis eposit dan sebagian
kecil tumbuhan teduhan saja yang bersifat terna. Beberapa famili tumbuhan yang anggotanya dalam
iklim sedang semuanya bersifat tera, misalnya rubiance dalam hutan hujan tropic
mereka berupa pohon.
Menurut cambell
reaceae (25004:409) suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam
suatu wilayah tertentu dan factor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya.
Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem; proses
yang saling berhubungan ini terjadi melalui transfer zat-zat nutien melalui
hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi
tingkat terostik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada
sumber nutrient utamanya oraganisme auto trost adalah produsen primer;
organisme heterios adalah konsumen. Herbifora adalah konsumen primer yang
terutama atau secara ekslusif memakan oragnisme autotros.
b. DESKRIPSI DATA
Dari data hasil
penelitian yang kami lakukan, dapat dideskripsikan bahwa pada plot yang kami
lakukan dapat di deskripsikan pada plot yang kami amati terdapat data abiotik,
data biotic dan data pengurai. Pada data abiotik terdapat termratur udara,
keepatan angina, inctensitas ahaya. PH tanah, serta tinggi serasah. Pada data
abiotik ini temperature udara di luar hutan sebesar 75.60 C dan di dalam hutan
75.89. intensitas cahaya yang dapat menembus
hutan pada pukul 8.00-14.00 ph tanah pada hutan sekitar 7 dan tinggi
seasah daun 7CM. selain dengan adanya data abiotik juga terdapat data biotic
yang mencakup produsen, konsumen. Produsen pada data biotic, juga terdapat
konsumen. Konsumen pada praktikum ini yang kami temukan ada 5 macam mahluk
hidup yaitu burung, babi hutan, belalang, nyamuk.
Pada praktikum kami
selain terdapat data biotic dan data biotic juga adanya data pengurai, pengurai ini berperan dangat
penting untuk keseimbangan huta data pengurai tersebut antara lain yaitu
cacing, semut, jamur dan rayap. Cacing hidup didalam tanah, berbentuk buat
silinder dan panjang, bersifat resisten terhadap cahaya. Semut, hewan ini
memmiliki kaki 6 yang kecil berwarna putih hidupnya menempel di pohon-pohon
yang sudah mati dan rapuh. Yang terakhir yaitu rayap, rayap ini cara hidupnya
tidka begitu jauh dengan semut yaitu selalu berkelompok, hidupnya pada kayu
yang sudah busuk. Jumlah sangat banyak, biasanya didalam kerajaannya seekor
raja (gundek) dan beberapa panglima.
c. PEMBAHASAN
Dengan mengidentifikasi
jenis hutan melalui cirri-ciri keadaan dan tanaman hutan merupakan salah satu
jenis hutan hujan tropic. Hujan ini ditandai dengan suhu yang tinggi yaitu
28C-37C pada musim panas suhu mencapai diatas 93f atau di bawah 68 f. pada waktu
musim dingin atau hujan setahun kemudian hutan ini memiliki kelembapan
rata-rata 70%-93%.
Di dalam ekosistem
setiap organisme mempunyai kedudukan tugas dna fungsi tertentu. Fungsi atau
kedudukan organisme didalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya
organisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.
Produsen
Yaitu organisme
yang mampu menghasilkan zat makanan, contohnya : tumbuhan hijau atau klorofil,
di dalam hutan way kanan tersebut yang termasuk produsen seperti: soka, sempur,
gandaria, plangas dan lain-lain. Mereka di katakana produsen karena memiliki
zat hijau daun dan klorofil, sehingga mereka bias membuat cadangan makanan
untuk mahkluk hidup lain.
2.
konsumen
Yaitu organisme
yang tidak dapat menyusun zat makanan sendiri melainkan memakan dari organisme
lain. Contohnya: tumbuhan, hewan atau sisa-sisa organisme lain dalam penelitian
kami di hutan way kanan yang termasuk konsumen adalah: tupai, burung dan babui
hutan. Di sini tupai memakan buah-buahan dan burung juga memakan buah dan
biji-biji dari buah yang ada di dalam hutan way tersebut. Untuk babi hutan ia
memakan rumput yang ada di lingkungan sekitar. Mereka semua (tupai, burung dan
babi hutan) termasuk dalam konsumen I, karena mereka makan langsung mengambil
dari produser, untuk konsumen II dan III, kelompok kami tidak menemukannya.
3.
Decomposer
Yaitu komponen
biotic yng berfungsi menguraikan bahan orgnik yng berasal dari organisme ynag
telah mati taupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Di sini dikawasan hutan way
kanan yang termasuk dalam pengurai adalah : lumut, jamur, cacing dan rayap.
Sebagai contoh : rayap menguraikan kayu yang rapuh, cacing menguraikan
daun-daun yang berguguran serta sisa-sisa pencernaan atau hasil pembuangan dari
sisa mahluk hidup agar menjadikan tanah semakin subur karena mengandung banyak
oksigen.
Di daerah tropic yang lembab dan panas decomposer
berjalan sangat cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi, maka hasil
dekomposisi akan cepat hilang di bawa air tanah ke tempat lain. Ini berarti
suatu kebocoran ekosistem, kesuburan hilang padahal cadangan dalam tanah tidak
ada.
Tetapi ada bagian
tanah lapisan atas tersebar rapat akar-akar halus atau bulu akar pohon-pohonan
yang siap dengan cepat hara makanan dalam larutan dalam air tanah. Penyerapan
ini juga dibantu dengan hadirnya jamur yang bersimbiosis dengan pohon dan
membentuk mikrorisa pada akar. Tidak jarang pula akar bulu dan miselium
(benang-benang badan jamur) menembus langsung pada daun-daun mati yang
mengalami dekomposisi. Dengan cara itulah hara yang di lepas oleh proses
dekoposisi dengan cepat di serap dan di kembalikan ke dalam tubuh pohon untuk
di sintesis menjadi bahan yan lebih
kompleks dan membentuk tubuh pohon itu lagi. Dengan demikian kemungkinan hara
makanan hilang kelinkungan lain dapat dicegah.
Energi yang diperlukan untuk semua tingkatan
fotosintesis itu disediakan oleh sinar matahari yang dipakai oleh tumbuhan
hijaudiam sintesis bahan organic tumbuhan hijau sebagai produsen membuat bahan
organic. Produsen menyediakan makanan bagi konsumen primer (herbivore) dan
herbivore menyediakan amakanan bagi koneumen skunder (karnivor). Perbedaan
tingkat nutrisional dalam rantai makanan menuju kepada tingkatan-tingkatan
trofis (trofisme). Dalam keperluannya akan energi tingkatan trofis tertentu bergantung
pada tingkat sebelumnya, oleh sebab itu ada energi yang hilang dari tingkat
satu ke tingkat berikutnya. Aktivitas metabolic semua organisme itu ditambah
aksi kerja decomposer (pengurai) bangkai hewan membebaskan kembali
senyawa-senyawa organic itu dipakai legi oleh produsen dalam membuat bahan
organic baru, jadi dalam ekosistem itu terdapat siklus biokimia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan yang dilakukan di hutan
taman nasional way kembas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen ekosistem
hutan tersebut sangat bermacam-maca. Dapat dilihat dari jenis-jenis tumbuhan
hewan dan lingkungannya yang berada didalamnya. Semua makhluk hidup tergantung
dengan makhluk hidup lainnya. Ketergantungan ini menjadikan adanya pertukaran
material antara biotic dan abiotik, sehingga terbentuknya tingkat-tingkat
organisme kehidupan.
Hutan taman nasional way kambas merupakan hutan tropic
jal ini di tandai dengan suhu yang tinggi yaitu 28C-37C pada musim panas jarang
suhu mencapai diatas 93 f atau dibawah 68 f hutan hujan tropic ini hamper
setiap tahun di guyur hujan.
B.
SARAN
a.
Agar sabar dalam membuat
praktikum
b.
Bai asisten dosen harus selalu
memberi bimbingan dan pengarahan untuk adik tingkatnya dengan tidak
memilih-milij
c.
Bagi mahasiswa harus menambah
kajian pustaka dan memperbanyak pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Euwasie. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB
Indriyato. 1982. Ekologi Hutan. Jakarta: Buku Aksara
Sujarwanto, agus. 2008. Panduan Praktikum Biologi Umum 1.
lampung: UM
Michel,Cambell reece. 2004. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
Laporan Sementara
No comments:
Post a Comment