KATA SAMBUTAN BLOGGER TGL PEMBUATAN 01 MEI 2013

PERHATIAN BUAT TEMAN-TEMAN SEMUA YANG SELALU MENGUNJUNGI BLOGGER SAYA JIKA INGIN MAKALAHNYA LENGKAP DARI BAB I SAMPAI BAB III /IV SILAHKAN DI DOWNLOAD FILENYA , OK....

Saturday, July 13, 2013

ANALISIS AKSIBILITAS KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang “ngandang” alias gulung tikar diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak pendapat dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan presiden yang mengatur tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan. Yaitu peraturan presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, serta toko modern (biasa disebut perpres pasar modern), akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007 lalu. Dan dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 tentang perpasaran swasta, sudah diatur bahwa jarak antara pasar tradisional dan modern minimal 2,5 kilometer. Sementara itu, pada kenyataannya, hampir setiap 500 meter di wilayah pinggiran kota, kita akan sangat mudah menemukan pasar modern dan supermarket kecil-kecilan. Akan tetapi bukan bararti masalah ini bisa sepenuhnya bisa teratasi.
Seiring dengan perkembangan waktu, adanya modernisasi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, banyak masyarakat Surabaya yang berbelanja di pasar modern (supermarket/hypermart) dan mulai enggan berbelanja di pasar tradisional (kecuali untuk produk-produk yang tidak ada di supermarket/hypermart). Tidak sedikit konsumen yang merubah perilaku belanjanya dari pasar tradisional pindah, coba-coba (trial), dan cari alternatif (switching) ke pasar modern. Hal ini wajar karena kondisi pasar tradisional selalu identik dengan becek, semerawut, kurang nyaman. Kelemahan dari pasar tradisional inilah yang menjadi daya jual bagi pasar modern. Seperti hal nya pada Darmo Trade Center (DTC) yang menyediakan tempat yang nyaman, teratur, bergengsi, ber-AC, aman, bersih, dan pembeli bisa memilih barang dengan leluasa.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
(Whidya utami, Christina, 2008: 48) menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penentu keputusan pada seseorang datangnya tidak hanya dari pengaruh eksternal yang meliputi pengaruh keluarga, kelompok yang dijadikan acuan, dan budaya saja, akan tetapi juga juga dipengaruhi oleh faktor internal konsumen yaitu pengaruh pribadi dan pengaruh psikologis konsumen. Pengaruh pribadi meliputi usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, lingkungan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri. Sedangkan pengaruh psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan. Dan yang terakhir adalah faktor stimulus yang berupa strategi bauran eceran (retail mix) yang meliputi produk, harga, promosi, lokasi, personalia, dan presentasi.
Secara umum pengertian pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli (www.id.wikipedia.org). Pengkategorian pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya baru muncul belakangan ini ketika mulai bermunculannya pasar swalayan, supermarket, hypermarket dsb.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org).
Kotler dan Amstrong (2001:61) mendifinisikan retailing sebagai semua kegiatan yang dilibatkan dalam penjualan barang atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau non bisnis. Maka, bisnis retail dapat diartikan sebagai kegiatan pasar yang merancang untuk memberikan kepuasan pada konsumen pemakai dan mempertahankan para pelanggan melalui program peningkatan kualitas berkelanjutan.
Dimensi-dimensi inilah yang mendasari perilaku konsumen. Hingga proses pemilihan produk, kompleksitas faktor-faktor tersebut harus benar-benar dipahami oleh pemasar yang dalam hal ini adalah pasar tradisional Wonokromo dan Darmo Trade Center (DTC) Surabaya, agar dapat mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen, sehingga pihak pemasar dapat menentukan strategi yang tepat untuk mendapatkan dan mempertahankan pangsa pasar masing-masing.
Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen. Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada tiap-tiap orang mempunyai perilaku pembelian orang tersebut. (Kotler, Amstrong. 2003:214). “Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang membedakan seseorang yang menghasilkan tanggapan secara konsisten dan terus-menerus terhadap lingkungannya.” Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti kapercayaan diri, dominasi, kemampuan beradaptasi, dan agresifitas.
Hal ini tidak terlepas dari pola perilaku belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit berubah yang perlu direspons secara aktif oleh peritel untuk dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya. Dalam hal ini pelanggan sangat memperhatikan hal-hal yang terkait dengan nilai tambah terhadap kenyamanan mereka dalam melakukan aktivitas belanja mengingat berubahnya pandangan bahwa belanja adalah merupakan aktivitas rekreasi, maupun pemenuhan keanekaragaman kebutuhan mereka dalam satu lokasi (one stop shopping).
Akan tetapi merosotnya eksistensi pasar tradisional bukan sepenuhnya akibat adanya pasar modern. Karena pada kenyataannya  menurunnya omset pasar tradisional juga dipengaruhi oleh perubahan selera konsumen (masyarakat). Sehingga salah satu cara agar pasar tradisional tetap bertahan, perlu pembenahan atau revitalisasi dibeberapa aspek yang meliputi, sarana dan prasarana, pelayanan, dan lain-lain.


 

No comments:

Post a Comment